ARTIKEL GIZI


Selain dari cadangan lemak dalam tubuh, enerji yang dibutuhkan untuk produksi ASI ibu menyusui dperoleh dari makanan. Makanya, Anda tetap saja harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang dalam jenis yang bervariasi setiap harinya.
Dengan begitu, kebutuhan enerji dan zat-zat gizi selama masa menyusui terpenuhi secara optimal. Selain Anda tetap sehat, kualitas dan kuantitas ASI juga jadi oke. Lebih dari itu, jangka waktu Anda untuk memproduksi ASI jadi relatif lama.
Saat menyusun menu sehari-hari, sebaiknya perhatikan keberadaan beberapa jenis bahan makanan berikut:
  • Makanan bertepung (kaya karbohidrat), seperti roti, pasta, nasi, breakfast cereal , dan kentang. Selain merupakan sumber enerji, jenis makanan ini kaya vitamin B kompleks dan serat.
  • Bahan makanan sumber protein, seperti daging tanpa lemak, daging ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang-kacangan dan biji-bijian. Dibutuhkan tambahan protein sekitar 15 gram/hari.
  • Susu dan produk olahannya, seperti yoghurt dan keju, adalah sumber kalsium yang amat bagus. Perlu diketahui, 250-300 mg kalsium dikeluarkan pada ASI per hari.
  • Buah-buahan dan sayur-sayuran (paling sedikit 5 porsi sehari) merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat.
  • Lebih banyak cairan, seperti susu, sari buah tanpa gula, atau air. Usahakan minum minimal 8 gelas sehari, atau kira-kira 1-2 liter air selama 24 jam. Selain itu, perbanyaklah sayuran berkuah dan buah-buahan.
Sekilas, tampaknya tidak ada yang aneh pada daftar makanan di atas. Namun, bila diperhatikan lebih cermat, sebenarnya Anda sudah agak mengerem lajunya pertambahan berat badan. Bukankah lemak dan gula yang tidak perlu dan jadi biang keladi dalam menggemukkan tubuh sudah dicoret dalam menu sehari-hari Anda? Ini berarti, Anda juga perlu bersikap selektif dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi.
Jangan lupa, pandai-pandailah dalam memadukan berbagai bahan makanan agar tetap bergizi seimbang, namun sesuai selera Anda. Selamat menyusun menu!

Pendidikan-Penyuluhan Gizi dan Kesehatan



@arali2008. Polewali Mandar Sulawesi Barat.– Bertitik tolak dari sering dilakukan penyuluhan gizi dan kesehatan oleh teman-teman  yang berkerja di Puskesmas dan jaringannya, misalnya saja di Posyandu pada meja 4 dan juga penyuluhan yang dilakukan secara kelompok di posyandu  pada saat dilakukan pemberian PMT, Penyuluhan kadang juga dilakukan di Puskemas terutama bagi pasien rawat jalan yang sementara menunggu panggilan untuk pemeriksaan. Dan kemudian bertitik tolak dari penyuluhan gizi dan kesehatan itu adalah pendidikan gizi dan kesehatan. Penulis mencoba tulis-menulis tentang pendidikan gizi dan kesehatan. Penjelasannya akan mulai dari pengertian pendidikan kesehatan dan kemudian pendidikan gizi serta tujuan akhir dari proses pendidikan gizi dan kesehatan yaitu berupa perubahan perilaku sadar gizi dan kaidah-kaidah kesehatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Penyuluhan terutama yang berhubungan dengan masyarakat, pada dasarnya merupakan penerapan dari istilah pendidikan. Hanya saja kalau digunakan istilah pendidikan pada masyarakat, kesannya adalah pendidikan formal misalnya saja pendidikan SD, SMP sampai dengan perguruan tinggi. Atau juga pendidikan yang biasa dilaksanakan  oleh lembaga (balai) pendidikan dan pelatihan pemerintah dan swasta untuk keperluan peningkatan skill kemampuan kerja. Oleh karena itu penyuluhan  sebagai bentuk dari penerapan pendidikan  penulis batasi pada pendidikan pada masyarakat yang sifatnya non formal.


Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan pada masyarakat bisa didapat melalui dua cara, pertama: melalui proses pengalaman dan kedua; melalui proses pendidikan yang sifatnya non formal. Melalui proses pengalaman  seperti yang dijelaskan Wood (1926), dimana pendidikan kesehatan lebih ditekannya pada pengalaman adalah, sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan Kelompok Masyarakat.  Sedangkan melalui proses mendidikan yang bersifat non formal sebagaimana yang dijelaskan  L. Green (1997) adalah Istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesempatan pembelajaran.

Pendidikan kesehatan, baik melalui proses pengalaman maupun melalui proses pendidikan nonformal, penekanannya adalah  untuk merubah perilaku seseorang atau masyarakat kearah perubahan yang mendorong tercapainya kaidah-kaidah atau norma hidup sehat.  Perubahan meliputi  Pengetahuan, Sikap  dan Keterampilan. Sehingga kaidah-kaidah atau norma kesehatan yang dianut  dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih sederhana Pendidikan biasa juga disebut dengan penyuluhan kesehatan,  yang menurut  Sjamsunir Adam (1982) Adalah untuk mengubah kebiasaan yang merugikan kesehatan, menanamkan kebiasan baik, memberikan pengertian tentang kesehatan umumnya, mengikut sertakan masyarakat dalam, menyelenggaraan usaha yang dijalankan untuk kepentingan mereka sendiri. Jadi Kunci pokok dari pendidikan kesehatan  atau penyuluhan kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan.

Adanya perubahan perilaku  karena adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan  terhadap norma-norma kesehatan yang didapat dari proses penyuluhan atau pendidikan kesehatan, secara jelas akan menunjukkan hasil

  1. Cara hidup sehat sebagai kebiasaan hidup di masyarakat
  2. Seseorang akan menolong dirinya agar mampu berdiri sendiri dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
  3. Dorongan perkembangan dan penggunaan yang tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Pendidikan Gizi


Secara Umum Pendidikan Gizi adalah  Bagian dari pendidikan kesehatan. Pendidikan gizi pada masyarakat dikenal sebagai usaha perbaikan gizi, atau suatu usaha untuk meningkatkan status gizi masyarakat khususnya golongan rawan (Bumil, Busui, balita). Sebagaimana pada pendidikan kesehatan tujuan akhirnya adalah perubahan perilaku, pada pendidikan gizi  juga diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat ke arah yang baik sesuai dengan  prinsip-prinsip ilmu gizi  yaitu perubahan  pengetahuan gizi, sikap dan perilaku makan, serta keterampilan dalam mengelola makanan.
Secara Khusus pendidikan gizi bertujuan

  1. Membantu induvidu, keluarga dan masyarakat, agar dapat berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi.
  2. Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang menyehatkan.
  3. Merubah perilaku konsumsi makanan (food consumtion behavior) yang sesuai dengan tingkat  kebutuhan gizi, guna mencapai status gizi yang baik
  4. Menyebarkan konsep-konsep baru tentang informasi gizi kepada masyarakat .
Tujuan akhirnya adalah keluarga sadar gizi. Dimana setiap keluarga mempunyai kemampuan  atau pengetahuan dasar tentang gizi  yaitu

  1. Mampu mengetahui Fungsi makanan,
  2. Mampu menyusun menu makanan sehari,
  3. Mampu memkombinasikan beberapa jenis makanan,
  4. Mampu mengolah dan memilih makanan,
  5. Mampu menilai kesehatan yang berhubungan dengan makanan.

Dari Penjelasan pendidikan gizi maupun pendidikan kesehatan diatas, kedua mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu adanya perubahan perilaku. Dalam bidang gizi dan kesehatan, perubahan  perilaku ini diarahkan untuk mendukung faktor status lingkungan  yang baik (fisik, sosial, budaya ekonomi dan lain-lain),  ada tidaknya pelayanan kesehatan dan faktor hereditas pada peningkatan derajat kesehatan yaitu adanya status gizi dan kesehatan yang optimal (Blum, 1974).  Namun demikian penekanan (enforcement) dari perubahan perilaku ini tetap difokuskan pada proses pendidikan gizi dan kesehatan (proses belajar-mengajar) yang dalam tulisan ini bersifat non formal.

Intinya, baik pendidikan gizi maupun pendidikan kesehatan pada masyarakat adalah mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang nantinya  terbentuk perubahan perilaku sadar gizi dan perilaku kesehatan——-kaidah-kaidah gizi dan kesehatan yang baik dan benar———- dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya adalah untuk merubah perilaku tidaklah langsung terjadi ketika pendidikan gizi dan kesehatan telah selesai dilakukan, dibutuhkan rencana dan strategi perubahan perilaku yang diinginkan, bisa dibuat berdasarkan keinginan pendidik/penyuluh atau keinginan sasaran (customer) peserta didik.

Rencana dan Strategi


Dari berbagai buku pedoman pendidikan gizi dan kesehatan bagi petugas kesehatan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kunci dari rencana dan strategi  pendidikan gizi dan kesehatan pada induvidu, keluarga dan masyarakat, adalah Komunikasi Informasi dan Edukasi  Masalah gizi dan kesehatan, maksudnya adalah masalah-masalah gizi dan kesehatan  yang ada di masyarakat atau keluarga (misalnya masalah kurang gzi, kurang vitamin A, kurang zat gizi besi dan kurang mineral yodium), oleh petugas pendidik (atau penyuluh) harus mampu mengkomunikasikan masalah gizi dan kesehatan dalam bentuk informasi yang menyenangkan dan bersifat mendidik kepada masyarakat atau keluarga. Tujuan yang ingin dicapai adalah  mengatasi masalah pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada pada setiap induvidu, keluarga atau masyarakat.

Salah satu strategi pendekatan yang biasa digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan gizi dan kesehatan adalah strategi pendekatan A (Advokasi),  B (Bina Suasana). G (Gerakan atau Penggerakan Masyarakat) yang selanjutnya disingkat dengan Strategi pendekatan ABG. Ada tiga unsur untuk dapat menetapkan strategi  ABC ini yaitu

  1. Segmentasi Sasaran Komunikasi Informasi Edukasi,
  2. Menetapkan target sasaran utama
  3. dan Memposisikan pesan

Sebagai Contoh Penggunaan Tablet Tambah Darah. Sasaran primer adalah remaja putri dengan pesan pokok atau target  adalah   cantik berseri  dan memposisikan pesan adalah tampa anemia. Kalimatnya adalah Tablet Tambah darah untuk remaja putri, cantik berseri tampa anemia.

Gerakan atau penggerakan masyarakat dalam pendidikan gizi untuk membentuk perilaku sadar gizi,  dalam aplikasinya ditingkat masyarakat  sering  digunakan pendekatan 4P. Pengertian dari 4P (baca: Empat Pe)  adalah ramuan pemasaran dari sudut pandang sisi pemasar untuk mempengaruhi sasaran. Namun pada tingkat masyarakat biasanya perubahan perilaku yang dirancang oleh penyuluh atau pendidik sulit untuk diterapkan maka kemudian dikenal juga pendekatan 4C (baca : Empat Ce) yaitu pemasaran harus di ramu menurut sisi pandang sasaran/pelanggang

Contoh pendekatan 4 P. Product : Tablet Tambah Darah (TTD). Price : Gratis.  Place: di Posyandu, Puskesmas, pustu. Promotian : Dapatkan TTD. Kalau dikalimatkan adalah “Dapatkan” Tablet Tambah Darah “Gratis” di Posyandu, pustu  dan Puskesmas.
Sedang Contoh Pendekatan 4 C

  1. Product : Customer needs and wants : Minum Tablet Tambah Darah, untuk tidak anemia dan tampak cantik dan berseri.
  2. Price : Cost to the customer: Gratis
  3. Place : Convenience : senang bila didapat di bidan
  4. Promotian : Communication : mendapatkan penjelasan manfaat  minum TTD

Baik pendekatan 4 P maupun 4 C kedua-duanya akan menghasilkan perubahan perilaku sadar gizi, bila hal tersebut menyangkut pendidikan gizi, kalau  untuk pendidikan kesehatan adalah adanya perilaku untuk selalu hidup sehat.
Beberapa contoh perubahan perilaku sadar gizi

  1. Memantau berat badan secara teratur
  2. Makan beraneka ragam
  3. Hanya mengkonsumsi garam beryodium
  4. Memberikan hanya ASI saja kepada  bayi sampai usia 6 bulan
  5. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan

Agar pendekatan 4P  dan atau 4C lebih maksimal,  faktor-faktor terbentuknya perubahan perilaku yaitu Predisposing faktor (personal faktor), enabling faktor  (faktor penunjang) dan reinforcing faktor (faktor pencetus), termasuk didalam proses penerimaan gagasan /perilaku baru (AIETA= Awareness-Mau, Interes-Berminat, Evaluasi-Menilai, Trial-Mencoba, Adopsi-menerima perilaku baru) harus juga tetap menjadi perhatian dalam pelaksanaan  strategi ABC.

Kesimpulannya. Pendidikan gizi dan kesehatan pada tingkat masyarakat dikenal dengan penyuluhan gizi dan kesehatan, Hasilnya adalah perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku  sadar gizi dan norma-norma kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dibutuhkan rencana dan strategi untuk merubah perilaku sadar gizi dan kesehatan. Konsepnya adalah 4P dari sudut pandang penyuluh/pendidik dan 4C dari sudut pandang  yang disuluh atau yang dididik , dan dilakukan dengan pendekatan ABC (Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/Penggerakan)

Demikian sedikit sedikit tulisan tentang pendidikan gizi dan kesehatan. Yang penulis kutip dari beberapa pedoman Depkes RI tentang penyuluhan  gizi dan kesehatan pada masyarakat. Semoga bermanfaat.

Tulisan terkait

  1. Rencana Strategis Kesehatan 2010-2014
  2. Tiga Unsur Utama Penyebab Langsung Kematian Ibu
  3. Inferensi dalam Epidemiologi Kesehatan
  4. Apa Itu Bencana?
  5. Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD, Tantangan dan Peluang
  6. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Seksualitas Anak SMP
  7. Mengenang Kegiatan Integrasi Pendidikan dan Kesehatan 15 Januari 2004
  8. Strategi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
  9. Peran Kepala Dinas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Penyediaan Air Bersih Pedesaan
  10. Pengetahuan dan Skill Epidemiolog (Seorang Epidemiologi)